Tuesday, April 26, 2016

KUCING NDAS IRENG

Iki pawone wong ndeso/ dapure wong cilik, mangane wahe ning ngarep pawon sambil ndodok,

Cerita ini kayaknya pada tahun 1987an, waktu itu aku mulih sekolah madrasah, buku dan bolpein langsung aku lempar di meja, tanpa harus minta makan ama ibu bapak, aku langsung menuju dapur atau pawon untuk makan, setelah aku buka satu persatu, dari mulai baskom, piring, panci, semuanya gak ketinggalan, semuanya ludes gak ada sayuran sama sekali, tinggal nasi aja. akhirnya aku membuka wajan kebetulan wajan itu masih bau sedep karena masih terasa bau gurih, bekas goreng gerih tadi pagi.

sehingga pikiran ku merasa sedikit, nekat, tekan omah sayure wis entek kabeh, minyak jelantah, bekas gawe goreng teri makku, tak colong gawe lawuh, enak tenan di campur garem sitik,
Sore-sore menjelang magrib pas ibuku datang dari warung sembako dengan membawa cangkingan tempe, guna untuk menyiapkan makan malam, bila nanti anaknya pulang mengaji, bisa makan, ibuku menuju dapur, arep masak goreng tempe, arep goreng, makku bingung.
Perasaan minyak mau isuk jeh akeh, opo tumpah di pancal kucing yo! , tapi kok ora ono bekase,

Akhire makku takon karo bapakku,
Pak, minyak gorenge kok entek, mau pean goreng opo?
bapakkku, jawabe, oooowww di gawe lawoh anakmu sing nmer 2, kae wonge krungu suwaramu langsung mlayu,,
mendengar jawaban suaminya, makku guyu cekiki'an,
sambil gremeng, ooowalah bocah siji jan gragas tenan, kok sruntal-sruntul,
************************
Ojo gumun lan ojo guyu yo? hehehehhe

Saturday, April 23, 2016

ANAK PETUALANG DAN TRAGEDI SUNGAIKU.

AWAAAAAAAAAAAAS!
MINGGIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIR
Aku arep jungkir walik,

Mungkin temen2 kalau melihat gambar ini akann tertawa sendiri di balik Leptop atau HP, tapi yang jelas foto inilah yang mengingatkan aku saat aku masih di bangku kelas 4 Madrasah Ibtida'iayah.
kesempatan karena waktu itu belum punya sumur, hehehe
Menjadi petualang anak desa yang di hiasi permainan khas lokal perkampungan, kecerdasan mulai tampak setelah usia dewasa. 

-----------------------------
kisah tragedi itu sekitar tahun 1989, Hari itu hari jum'at sekitar jam 11 siang, menjelang jumatan, menjadi hiburan kenangan untuk berpetualangan di sungai perbatasan antara desa tungu dan latak, yang malamnya di guyur hujan deras, sehingga sungai itu meluap di persawahan, saat kami bermandi sambil bluron di sungai itu datang seorang yang sudah tua pengembala kerbau, namanya mbah parmin jubel dari tungu, dialah yang sering kucing-kucingan untuk mencegah untuk mandi di situ, sampe aku sendiri kena sabetan pecut, tapi gak apa-apa, yang penting bisa selulup di sungai itu. kisah itu menjadi bahan ejekan bagi temen-temen yang lagi bluron.

Sekitar jam sepuluh pagi datang seorang anak kecil dari warga tungu, sendirian, tanpa mengajak temennya mandi, dia langsung loncat di jembatan itu, tanpa sadar, anak itu tenggelam sperti gak bisa berenang, kami dan temen melihat tragedi itu seperti biasa, gak ada masalah, paling nanti juga kembali, ya wajarlah anak kecil baru umur 10 tahunan. 

Pada kira jam 11. 30, Muslikin 9kampung karsanyar(cuntel) dan temen bercerita, kepada seseorang yang umurnya lebih tua, namanya lek Owi, sudin, supri, soroto, dan nursu'aib. bahwa tadi ada anak kecil lagi meloncat di atas jembatan itu, sampe sekarang gak kembali, akhirnya supaya percaya kami dan temen temen menunjukkan baju, sehinggga percaya, saat itu ada segerombolan warga tungu yang lagi mandi di sungai itu,  maka orang tungu itu membawa ke kedesa nya untuk di sampaikan kepada masyarakat setempat, bahwa ini bajunya siapa, setelah di cek, ternyata baju itu milik Muhtas, anaknya Lek Zain dan lek pakah, artinya cucunya mbah Kyai maksum Latak. 

Setelah jum'atan sekitar jam satu siang sebagian warga tungu itu berduyun-duyun mendatangi sungai itu untuk mencari anak itu. suasana menjadi terkejut, semua warga latak dan tungu bekerja sama untuk mencari anak yang tenggelam itu, sampe tengah malam jam 12 malam belum ketemu juga. sampe sekarang. sehingga dari keluarganya, yang bisa menemukan dapat hadiah dari mbah yai waktu itu.

Menurut mbah kiyai maksum waktu itu, anak yang tenggelam sudah di bawa alam jin dan mkhluk halus, karena sungai itu juga menyimpan misteri yang tidak bisa di ceritakan sejarahnya. di tempat itu dulu sering muncul memedi (perempuan cantik) kadang wajahnya jelek seperti segitiga, Egrang(makhluk yang tingginya seprti pohon kelapa, warga di situ sudah biasa di ganggu, tapi mereka biasa aja, kadang di buat hiburan bercerita di siang hari bersama temannya seerti nur su'ib 9anake mbah iskak).
Setelah kejadian itu kami dan temen temen, ya biasa aja, karena anak yang tenggelam itu gak bisa berenang. sementara kami dan temen lincah dalam berenang, kadang selulup seperti ikan bisa berenang di dalam air, itu sudah biasa. 
-----------
Bersambung je, jeh akeh ceritane. heheheheh
------------------------------

Ayo Bluron ning kali maneeeeeeh, lanang wedok campur ra popo

SANG PENGEMBALA




Pengembala bahasa arabnya adalah “Ro’in” atau (Orang yang mengembala). Sedangkan kata rakyat itu berasal dari bahasa arab yaitu “Ro’iyatun” yang di indonesiakan supaya mudah di ucapkan dengan sebutan rakyat. Begitulah kiranya.

Pernah dengar bahwa semua Nabi dan Rusul adalah pernah menjadi pengembala kambing. Dan mungkin kita akan betanya-tanya tentang kenapa para nabi-nabi masa kecilnya mengalami menjadi pengembala kambing!

Kata pengembala itu sendiri arahnya pada binatang kambing bukan pada binatang lain, emang di sisi lain ada namanya pengembala kerbau atau pengembala sapi, tapi kalau di lihat dari sejarah pengembala para nabi terdahulu adalah binatang kambing. Karena ini menunjukkan bahwa yang di kembala adalah binatang yang banyak, bisa jadi puluhan dan ratusan.

Ohya pembaca yang budiman!
Ada beberapa peristiwa penting yang harus kita renungi, saya sih gak punya kambing, tetapi dulu pernah ikut membantu temen saya menjadi pengembala (angon) kambing, ketika kita menggiring kambing di perkampungan, ini pasti ada kambing yang selalu memakan daun-daun daun di kebun tetangga, saat saya melihat, saya langsung lari, mengejar dan mencegahnya dengan memakai pecut, ketika di cegah, ya nurut aja, tapi besok nya lagi juga demikain, sampe yang punya kebun itu marah-marah, karena daun singkong milik tetangga di habisin ama kambing, dan yang di salahkan bukan kambingnya, tapi yang di salahkan adalah sang pengembala kambing.

Menurut beberapa penelitian saya, bahwa binatang kambing ini mempunyai sifat yang sulit di atur, sulit di kendalikan, dan sulit di taklukkan. Emang binatang kambing ini jinak, tidak menyakiti dan tidak menakutkan. Karena binatang ini sangat unik dan tidak bisa di tebak. Kalau gak percaya cobalah menjadi pengembala kambing, hehehehe

Makanya dalam sejarah dunia sirkus, tidak ada yang berani memainkan dengan binatang kambing, semua binatang bisa di takhlukkan oleh manusia yang ahli dalam watak dan karakter binatang (pawang). Binatang harimau yang menjadi raja hutan yang terkenal menakutkan, ular cobra yang banyak racun, bahkan semua binatang bisa di takhlukkan manusia, dengan di pamerkan bermain, ajang sirkus dunia, akan tetapi untuk binatang yang satu ini, tidak mudah di tahklukkan.  Kalau gak percaya buktikan saja.  ajak saja kambing di pentaskan di panggung sirkuit, kemungkinan besar ya manut, tapi malah diam saja, pawange sampe mangkel, penontone cekiki'an. hehheee

Sebenernya ini adalah pendidikan tarbiyah dari allah yang berikan kepada para nabi-nabi, begitu juga dengan nabi akhir zaman, sebelum nabi Muhammad di angkat menjadi rosul, masa kecilnya didik cara mengembala kambing. Sehingga nanti sesudah menjadi rosul pemimpin ummat, sudah terbiasa dan bersabar menghadapi ummat yang sifatnya seperti kambing, manut, tapi ngeyelan, itulah sifat manusia.

Makanya hampir seluruh sistem pemerintahan indonesia yang masa itu kalimatnya adalah menggunakan bahasa arab, seperti kalimat MPR, itu juga dari bahasa arab juga. Majlis Perwakilan rakyat itu artinya Tempat duduk, bagi para wakil Rakyat. Dan yang namanya wakil, harus taat pada orang yang wakili (rakyat). Kalau rakyat gak mau di wakili, ya jangan memaksa atau mengancam. Kalau kita dapat undangan kendurenan, sementara kita gak bisa hadir, kemudian minta orang untuk mewakili, maka wakil tersebut, harus menuruti keinginan juragannya. karena wakil ini di bayar oleh juragannya. sudah di bayar, nanti setelah mewakili hadir, berkatnya bisa di bawa pulang ke rumah juragannya, belum sampe rumah, eh malah di titili wakilnya, alias di untal dw. hehehehe
 
Dewan Perwakilan Rakyat, itu sebenernya berasal dari bahasa arab yang di indonesiakan, Dewan itu artinya catatan, wakil adalah orang yang menerima amanah dari juragannya. kemudian di indonesiakan atau di tambai kalimat "Per dan an" , menjadi Perwakilan,  yitu menjadi banyak, dan Rakyat itu juga  bahasa arab juga dari Ro'iyatun.

Nah yang terjadi sistem pemerintah sekarang ini sudah gak karuan, malah wakil hobi menggusur rakyat, padahal rakyat yang membayar para wakil dan para pejabat. seakan-akan pemerintah ini berkuasa, merasa membantu rakyat, padahal gaji uang makan pejabat dan pemerintah adalah hasil dari rakyat, sementara rakyat tidak pernah mengemis pada pejabat pemerintah. kalau seandainya ada pejabat merasa menurunkan bantuan uang, baik pembangunan atau ekonomi di desa-desa setempat, itu pada sebenernya bukan bantuan dari pemerintah, tetapi mengembalikan uang rakyat. kira kira begitu, hehehehe
 
------------------------------------------.
Jogjakarta / sabtu / 23 / April / 2016
Lek son wong ndeso

Monday, April 18, 2016

JERITAN HATI SANG PEMULUNG KECIL


Sahabat pembaca yang budiman!
Mungkin kita pernah melihat anak-anak yang umurnya masih dalam belajar, saat berangkat sekolah dengan memakai tas rangsel, baju bagus, bersih, dandanya sangat menarik hati bila di pandang semua orang, tentu kita sebagai orang tua pasti dan pasti akan merasa bangga san senang dengan semangat anak-anak sekarang, kelak akan membawa harum nama bangsa dan negara, sekaligus sebagai generasi penerus dari masa kemasa yang akan datang. dalam hati kita akan merasa tersenyum dan senang sekali. 

Sementara di sisi lain kita juga melihat anak-anak kecil yang membawa kantong sampah, mereka bukan tak mau belajar, tapi karena tuntutan hidup demi menghidupi kebutuhan hidupnya. mereka berjalan menyusuri pinggiran jalan raya sambil percaya dirinya mengantongi bekas-bekas sampah yang berada di sekitar jalan raya, mereka tersenyum bila melihat tong sampah yang dia sangka ada sesuatu yang di ambilnya.
Terkadang anak-anak ini bersedih jika satu hari tidak menemukan sesuatu apapun, kadang makan apa adanya, kadang anak-anak ini juga harus menahan makan satu hari, karena belum layak untuk di setorkan pada juragannya, sesekali dia dapat sesuatu, upahnya terkadang tidak se'imbang dengan jerih payahnya selama satu hari di siram panasnya matahari.
Badannya kurus sperti kehilangan kebahagia'annya, senyumnya yang di dapatkan dari keluarganya, di rampas oleh kemiskinan ilmu dan kemiskinan pendidikan, wajahnya hitem kusam, kulitnya penuh dengan bau keringat, tak perduli siapapun bila ada orang yang mencemohnya. 

Apa yang ada dalam fikiran kita?..........
Pelajaran apakah yg bisa renungi?......
Bagaimana jika terjadi pada mu? .....
Sanggupkah kita memberi santunan pada anak tersebut?........
Siapakah yang berani pertolongan kepada mereka? ......


Bagaimana pendapatmu tentang fenomena ini. 
kalau kita melihat kekayaan alam di negri kita, sangat kaya dan melimpah ruwah. akan tetapi kenyataannya, masih banyak saudara kita, adik-adik kita yang belum mendapatkan santunan yang layak untuk mereka, baik pendidikan. semuanya seperti di rampas oleh para penguasa dan pengusaha jahat, rakyat selalu di jadikan umpan untuk mencari kekayaan, rakyat kecil selalu teraniaya. 
mereka datang menyantuni di saat pemilu tiba, seakan-akan seperti bapak yang mau menolong, tetapi setelah usai pemilu, menghilang pergi entah kemana.

Mimpi-mimpi indah bagai fatamorgana
Lautan tangis anak bangsa hampir setiap masa
Pertumpahan darah antar sesama kian meraja-lela
Sifat persaudaraan dan keadilan sudah tak lagi terlaksana.
Sifat kasih sayang kita terhadap sesama dah kian menipis.

Bagaimana menurut kita semua wahai saudaraku ?
________________
Jogjakarta / Selasa / 19 / April / 2016
Lek son wong ndeso
----------------------------------------------------------

Monday, April 11, 2016

DULKEMIN MINTA DUWIT


Ketika sore menjelang malam, anak-anak perkampungan dah mulai persiapan untuk mengaji di masjid, suara anak dusun pelosok yang jauh dari perkotaan, ke'arifan budaya lokal saat itu masih kental dengan kemesraan hidup.

Suasana yang sangat bahagia mewarnai suatu perkampungan, di mana parasati sejarah anak-anak sedang belajar begitu nampak kesunggugannnya. semuanya akan membentuk kepribadian nanti setelah dewasa kelak.

Hajaunya rerumputan dan pepohanan, menjadi ajang bercanda, bermain di bawahnya.
Hawa dingin menjadi nafas lega ketika angin sepoi-sepoi menghampirinya.

Suara terdengar dari anak petakilan bernama Dulkemin dengan wajah memelas meminta permohonan pada ibunya.
Dulkemin: Mak! mengko bengi aku arep turu ning mesjid karo konco-konco sekalian belajar bersama, aku jaluk duwite 50 kanggo tuku obat nyamuk baygon. ning mesjid nak bengi jingklonge akeh.
IBUnya menjawab; Owalaaaaah nang cag bagus, rasah obat nyamu'an, rupamu ra pantes obat nyamu'an, wong ndeso wahe aneh-aneh, pakanan mu telo, rasah petakilan, ungkapnya ibunya sambil sedikit senyum.

DULKEMIN: Mak! mosok mung 50 wahe ra nduwe,
IBUnya: Akeh Lhe, kae podo sing kemricik, suarane banter, jipu'en dewe yo, Ning ngisor GENTONG,

DUKEMIN: Ma'e ki di jaluk'i duwit, malah guyu mesem.
IBUnya : Wis to Lhe, rasah bingung, nak pingin turu ora cokot nyamuk, Golek'o GACENG garing, (kembang Kluweh) di sumet, kuwi gantine obat nyamuk, malah ora tuku, ora boros ngentekke duwit.  kata ibu dengan suara nyletus cekiki'an sambil petan rambut di depan rumah.

Dulkemin hanya diam saja, tangannya sambil garuk-garuk kepala,
---------------------------------------------------------------
Kepiye menurutmu konco-konco? ......
di coment dewe yo, ojo guyu dewe, mengko malah di kiro .......... anyaran.

MUKTAMARUN-MUKTAMARONI-MUKTAMARUUUNA

Berangkat dari keprihatinan yang sangat mendalam, Muktamar NAHDLOTUL-ULMA’, menjadi sorotan media social seluruh dunia, baik kalangan atas maupun kalangan santri khususnya.
Menurut pandangan saya pribadi, NU sangat dekat dengan masyarakat nahdliyin, karna itulah pejabat pemerintah dan lainnya melirik untuk mendekati para Ulama' kyai dan tokoh masyarakat, agar bisa di jadikan umpan pasar kampanye pencalonan presiden.
Sebenernya pemerintah itu takut para kyai dan Ulama'. khawatir klo NU bersatu kembali, maka dengan pelan-pelan mereka menyusup di tubuh NU untuk membuat keributan di dalamnya, dan ini bukan rahasia lagi. untuk membuat kegaduhan atau keributan ini kadang di tubuh NU, bisa merayu,, menawari jabatan, manawari sumbangan uang, atau bisa dengan menjebak dengan sangat rahasia.

Setiap organisasi baik LSM, atau gerakan sesuatu yang berhubungan politik maupun pemerintahan pasti dan pasti akan berujung kegaduhan dan kubu-kubunan antar satu dengan yang lain. Karena kalau sudah masuk ranah politik, maka sifat serakah, dan rakus jabatan, kadang sesama muslim aja bisa bermusuhan, saling menyerang satu dengan yang lain. bahkan lebih dari itu, karena ingin menguasai perlemen atu ingin duduk di kursi pemerintahan, maka mereka berani menggadaikan organisasi, hanya untuk kepentingan pribadi, untuk meraih kekayaan, dan jabatan.
 
Muktamar NU sudah berlalu, akan tetapi senyap-senyap pembicaraan di masyarakat, khususnya bagi nahdliyin mulai agak sedikit curiga, ada apa dengan sosok dengan pejabat yang berusaha mendatangi muktamar tersebut?
Kalau kita kembali menengok kebelakang tentang para pendahulu kita Syekh KH Hasyim As'ari, dan para sederetan ulama' yang hidup di masanya, tujuan NU bukan untuk mencari popularitas atau mencari jabatan pemerintah, akan tetapi tujuan NU di bentuk untuk mengawasi sistem pemerintahan yang salah,dan untuk menegur pejabat yang nakal.
Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya semua berubah, tinggal beberapa Ulama' atau kyai yang masih suci hatinya, masih memegang teguh prinsipnya, yaitu Gus-mus dan ulama' lainnya, itupun gusmus mengundurkan diri dari Rois Aam.

Ada bebrapa point penting yang harus kita pelajari dan kita kaji kembali tentang muktamar NU kemaren di Jombang.
1- Dengan hadirnya JKW di muktamar NU di jombang, maka akan tampaklah semuanya, mana kyai yang deket pemerintah, dan mana kyai yang tidak.
Dalam Maqolah nya Imam Gozali Ulama' itu ada dua, yaitu Ulama'-Suu' dan Ulama' akhirat.
Ulama' su' itu ulama' yang nakal yang suka deket-deket sama sultan atau pemerintahan.
Sedangkan ulama' akhirat adalah ulama' yang menjauh dari pemerintahan. dan selalu memegang teguh pendirian untuk mengajak takut pada allah.
2-Menurut informasi yang tak jelas, katanya, muktamar NU di Jombang mengeluarkan biaya yang sangat banyak, jutaanlah katanya. dari manakah uang itu, ada yang bilang dari ABPN, dari ini dari itulah, juga gak jelas. kalau bener dr ABPN, maka uang abpn itu harus kita telusuri kembali, dari pajak petani, dari pajak diskotik, pajak minuman keras, pajak lokalisasi, dan pajak tempat hiburan malam, terus uang itu di campur-aduk di kumpulkan jadi satu menjadi uang negara, terus berubah menjadi uang abpn. terus duwite buat ndulang Partai-partai, LSM, kadang buat nyumbang pendidikan, sekolah-sekolah. baik silatnas, maupun muktamar,  meskipun para kyai dan ulama' dari cabang dan ranting ketika berangkat memakai uang sendiri, tapi untuk yang posisi atasan belum tentu. hebatkan!
pertanyaan-nya
Apakah uang dari Abpn itu Syubhat? aku gak tahu, hehehehehe
Padahal sosok seorang kyai / Ulama' harus waro' menghindari perkara yang syubhat (yang belum jelas halal dan tidaknya) . di renungi dewe njeh? .....

Tahukah kita mengenal raja hutan. ... sebut saja Harimau
 Harimau adalah raja hutan, kalau harimau meninggalkan hutan, maka akan bukan raja hutan, tapi menjadi tontonan di kebon binatang, tidak bisa menerkam, terus cara makanpun juga di lempari pemilik kebon binatang.
Sedangkan kyai atau Ulama' juga demikian, Kyai / Ulama' adalah raja desa-desa, kampung, dan masyarakat luas, mereka di hormati karena ilmu, dan akhlaqnya.
Jika seorang kyai / ulama' meninggalkan masyarakat, maka akan jadi tontonan alias menjadi pejabat pemerintah, tidak bisa mendekati masyarakat. akhirnya tiap kyai tadi untuk makanya aja di tapu'i gaji perbulan dari pemerintah. terus kepiye menurutmu konco-konco maiyah?
di renungi dewe yo? hehehehehe

Ohya temen maiyah yang budiman!
Kita gak usah jauh-jauh mumet mikir kalimat di atas, kita buat selingan aja. kita gak usah khawatir banget, hehehehehe....... Kan kita masih punya guru negri yaiitu simbah kakung GUS-MUS dan Simbah MH Ainun Najib. ada habib syaikh, ada habib lutfi, dan masih banyak habib-habib lainya, (habib di sini bukan habib riziq lho) ada KH ahmad muzammil, dan ada juga para kiyai yang masih berpegang teguh, tidak ikut dalam barisan pemerintahan, yaitu kiyai yang masih memgang kepengasuhan pesantren. mereka-mereka inilah yang masih bener masih suci dan mengerti hati masyarakat, tidak mendekat dengan pemerintah, juga tidak menentang pemerintah, jadi kita bisa penjadi petualang untuk belajar menjadi orang sholih, dan bisa menimba ilmu dari mereka, agar kita bisa menjadi orang yang bener manusia. Oke!
Kami berharap pada lapisan masyarakat baik generasi muda NU, IPNU, IPPNU, ANSOR, NAHDLIYYIN, dan KMNU , gak usah mikir-mikir ke situ, kita sebagai kader NU sebaiknya menata barisan kembali tentang generasi berikutnya. kita ini bukan robot yang selalu mengikuti aturan yang tak jelas, kita juga ingin mandiri dalam mengelola kedaulatan masyarakat luas. sehingga apa yang lakukan sebagai bikti kehambaan, yang selalu ingin menjalin persaudaraan antar sesama manusia.
*****************************
NB; Klo ada yang salah dalam penulisan dan kalimat, di maklumi njeh, mohon di benerkan ya? ...
Jogjakarta / Senin / 17 / Agustus / 2015
Lekson bocah ingusan
***********************

Saturday, April 9, 2016

PENGERTIAN ARTI GURU dan SOSOK SEORANG GURU



Kata guru adalah bahasa budaya kearifan lokal pada masa silam, dan hasil karya sebutan para Ulama’ kata guru mengandung dua nama yang di jadikan satu, yaitu “Gugu dan Tiru” artinya guru itu mempunyai Uswah atau tauladan yang bisa di gugu dan biso di tiru. Arti yang lain guru itu bisa di jadikan Qiblat tentang Akhlaq, baik ucapan maupun perbuatan. Karena guru itu bukan hanya sekedar mengajari teori atau ngasih tahu informasi, tapi lebih dari itu, bahkan seorang guru itu di tuntut bisa mentransfer adabiyah, akhlaq, kejujuran, dan sifat sosial yang mengarah kebaikan.

Sebenernya sebutan orang di sebut guru itu sangat dahsyat sekali pengaruhnya di depan masyarakat, biasanya orang yang di sebut guru adalah seorang guru agama, atau mengaji di kampung, atau di desa-desa, maka bila ada masyarakat setempat memberi gelar guru, itulah guru sebenarnya. Karena masyarakat sudah percaya bener dengan keahlian dalam urusan social keagama’an. Sesekali guru itu berbuat jelek, mencuri atau melakukan perbuatan kesalahan di masyarakat, maka gelar guru itu akan di cabut kembali, dan masyarakat sudah tak lagi menyebut guru lagi.

Sebutan guru ibarat pakaian yang di berikan seseorang tanpa ada SK atau sertfikat, maka sesekali guru itu berbuat khiyanat atau menipu, pasti dan pasti masyarakat akan melucuti gelar  atau pakaian itu, dan ini sudah menjadi hal yang wajar.

Lantas bagaimana dengan sebutan guru hasil karya akademisi atau perguruan tinggi!
Ini juga persolan lain yang harus kita kaji, karena guru itu gelarnya di hati, bukan di lahiriyah.

Coba saja kita renungkan bila sebutan guru hasil jebolan Perguruan tinggi, dan mempunyai gelar sarjana, magister atau doctor, yang kebetulan mengajar di SMP, SMA, atau jadi dosen, sesekali dia berbuat curang, khiyanat, menipu, memperkosa muridnya, meskipun sudah di pecat dari lembaga-nya, gelarnya sarjana-nya tetap utuh, karena gelarnya waktu dulu belajar adalah membeli gelar di perguruan tinggi, artinya gelarnya ada SK, sertifikat, piagam, atau ijazahnya.

Antara ustadz dan guru..
Sebenernya para ulama’ menegtahui betul kata ustadz, karena sebutaan ustadz itu gelar yang lumayan tinggi, maka Ulama’ pesantren menerjemahkan dengan bahasa budaya, karena gelar ustadz itu mempunyai kaliber sama dengan mursyid, Syaikh, dan gelar ustadz itu ahli dalam ilmu tafsir, fiqih, dan hadist, dan lebih dari itu, bahkan bisa di jadikan mufti. 
Sebagian para Ulama’ terlalu tinggi bila orang di sebut ustadz, maka ulama’ Indonesia mengambil jalan dengan sebutan kiyai atu guru saja.

Pernah dengar ulama’ sufi pengarang kitab “Al-Hikam” yaitu “Ibnu Atta’illah As-Sakandari”, itu gelarnya ada sepuluh lebih, di antaranya murobbi, madzhabatain, dan Al-Ustadz. Itupun ibnu atta’illah gak mau di sebut ustad, kita baru bisa hafal hadist empat saja, sudah bangga di sebut ustad, murobbi,  malah pingin di sebut murobbi, atau ustadz, ini kan suatu pelecehan terhadap gelar ustadz.
Ada lagi sorang Ulama’ besar yaitu imam Muhammad bin idris, bin Syafi’, atau sebutan imam Syafi’I, dalam buku memorinya (Diwanu-Syafi’i) mengatakan; “Saya mencintai orang sholih, tetapi saya tidak termasuk golongan mereka, siapa tahu dengan mencintai orang-orang sholih, saya bisa mendapatkan syafa’at dari orang-orang sholih”.  Bayangkan saja imam sayfi’I yang di juluki “Sultonul Fiqih” di zamannya, mengaku bukan orang sholih, apa lagi ustadz. Bagaimana dengan kita? ………. Di jawab dw yo ……………….

Nah akhir-akhir sekarang ini sebutan ustadz sudah di obral kemana-kemana, baru lulus perguruan tinggi jurusan PAI, baru bisa membaca al-quran sedikit, dan itupun baru bisa membaca hadist terjemahan saja, sudah di sebut ustadz, inikan lucu bin aja’ib. hehehehe.
Kadang saya sendiri berfikir  ini yang salah orang yang menyebut ustadz, atau orang yang di sebut? …….. atau emang dua-duanya otaknya podo Krowak kabeh.  Sehingga tidak bisa membedakan mana ustadz dan mana yang tidak. Hehehehe

********************************.
Jogjakarta / sabtu / 09 / April / 2016
Lek son wong ndeso
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Friday, April 8, 2016

SEJARAH PESANTREN DAN PERADABAN PESANTREN



Kalau kita mau menengok dengan pendidikan pesantren masa dahulu, adalah hasil peradaban karya sunan ampel (raden rahmat). Karena beliaulah yang pertama kali mendirikan system pesantren. Karena system ini sama yang yang ajarkan Rosulullah. Pada zaman nabi, hampir sahabat jauh (luar qobilah) yang mau belajar agama pada nabi di pondokkan (ber-I’tikaf) dengan di serambi masjid nabawi, sahabat ini di sebut dengan “Ashabus-Suffah”. Bahkan ribuan sahabat dari qobilah-qobilah berduyun-duyun ingin belajar hadist dan wahyu allah pada nabi, seperti salman alfaris, muad bin jabal, zaid bin tsabit, abu Hurairoh, termasuk Abdullah bin abas, Abdullah bin masud, dan Abdullah bin Umar. Mereka ini Ulama’-Ulama’ muda di zaman rasulullah. Sahabat muda ini tidak masuk daftar panglima peperangan.

Jadi Rasulullah ini mempunyai santri yang perannya berbeda-beda
1.      Santri Ma’a-fi-Sabilillah. Sahabat ini sebagai bentaeng kekuatan Rohaniyah yaitu belajar agama pada nabi di serambi madinah, dan kebanyakan sahabat yang masih kecil dan muda. Jadi ini tidak di ikutkan dalam pertempuran atau peperangan.
2.      Santri Ma’a-Saroya. Sahabat ini sebagai benteng pertahanan, dan kebanyakan sahabat ini masuk dalam catatan jendral atau panglima peperangan, seperti Abu bakar, Umar bin khotob, kholid bin walid, Abdullah bin rowahah, Jakfar bin abu tholib, zaid bin usamah, ubaidah bin Jarroh.

Ada beberapa peristiwa tentang pendidikan pesantren zaman Rosulullah dan stelah rosulullah, sehingga pelan-pelan pendidikan itu mengalami pergeseran dalam dalam pengkaderan. Pada zaman rosulullah pendidikan dakwah sangat kuat.
1.      Dakwah ilallah
2.      Ta’lim Watta’lum
3.      Dzikir Ibadah
4.      Khidmad (pelayanan).

Masa Da’wah Ilallah
Pada masa nabi dan shohabat ini pengkaderan ummat dakwah sangat kuat sekali, dan ketika nabi wafat, maka terjadilah kontaminasi yang sangat besar, hingga banyak terjadi ummat yang murtad. Nah yang sebagian murtad ini kebanyakan ummat yang ahli dunia, mereka mau berdakwah hanya menginginkan harta-benda dan kemasyhuran dunia. Sebagian ummat ada yang masih tetap menjaga prinsip tentang dakwah yang di ajarkan nabi, dan ada juga umat yang ingin mendapatkan suatu kepemimpinan atau jabatan semata. Semua sudah menjadi sunnatullah bila utusan allah sudah wafat, pasti dan pasti akan terjadi fitnah, perselisihan antar ummat.
Setelah terjadi perselisihan antar ummat di masa da’wah, maka sebagian shahabat ini banyak menjadi pengembara di luar daerah untuk membawa risalah menyampaikan agama kepada seluruh ummat manusia, sehingga para shahabat ini istiqomah berdakwah, maka allah  melahirkan generasi muda yaitu; Ulama’-ulama’ ahli ilmu, seperti Imam Masan basri, (Ulama’ sufi), dan juga ulama’ sufi dan fiqih bahkan ahli dalam hadist seperti; Imam Hanafi, imam Malik, imam Syafi’I dan Hmam Hambali

Masa Ta’lim-Watta’lum
Masa-masa ini banyak Ulama’ muda bermunculan, baik Ulama’ hadits, Ulama’ fiqih dan ulama’ tafsir, semuanya terangkum masa ini, sehingga para penguasa Negara menghormati dan ta’dzim, bahkan tunduk di hadapan para Ulama’. Sampe waktu itu kholifah harun Arrosyid penasehatnya adalah imam Malik bin anas. Dari mulai gubernur dan tingkat bawah, system pemerintahan dan aturan perundang-undangan pemerintah di awasi betul oleh Ulama’, sampe masalah ekonomi saja, pada waktu, kalau ada rakyat kecil mau berdagang, harus belajar dulu atau mengaji tentang fiqih muamalah kepada imam malik. Bahkan rakyatnya-pun merasa senang di ajari tentang cara bagaimana mengatur kesejahteraan ekonomi rakyat, dan para pengausa merasa senang dan terbantu dengan rakyat belajar ekonomi pada ulama’. Ini b ukti nyata waktu itu, bahkan waktu itu ada penguasa pemerintah mau mengasih hadiah para ulama’ sebagai bukti telah banyak berjasa pada masyarakat, tentang kesejah-teraan masyarakat, maka Ulama’ ini menolak dengan ramah dan berkata; “Wahai sang penguasa, lebih baik hadiah itu engkau berikan pada rakyat kecil yang membutuhkan yang sekira harus diberikan hadiah itu”. Betapa terkejut penguasa itu, akhirnya malu atas dirinya sendiri, esok harinya penguasa itu mengutus anaknya untuk mendaftarkan diri sebagi murid, dan belajar mengaji tentang agama pada ulama’ itu. Subhanallah.
Tahun demi tahun mulai bergeser, banyak ummat ingin belajar agama hanya ingin mendapatkan harta atau jabatan, maka terjadilah perselisihan antar ummat, maka sebagian ingin ulama’ ingin menjadi penguasa, dan sebagian lagi masih memegang prinsip awal sebagai ulama’ harus bisa menjaga atas dirinya, bahwa ilmu dari allah tidak boleh untuk mencari hari atau jabatan, maka ulama’ ini sering berhijrah ke negri lain untuk mendakwahkan ilmunya, dan mengembara, agar ilmunya tetap suci, sehingga memilih jalan untuk menjadi sufi, dengan manhaj thoriqoh, dan mendidik para murid atau santrinya menjadi manusia berilmu dan sekaligus ingat kepada allah. Pada masa ini sebagian ulama’ lebih memilih dengan berdzikir, berdoa, menyusun spiritual melalui jalan toriqoh, atau di sebut dzikir ibadah.

Masa dzikir ibadah atau Ilmu M’adzikir
Masa-masa inlah banyak bermunculah ulama’ ahli Sufi (Tasawuf), Ulama’ Thoroqoh atau ulama’ ahli Hikmah, pada masa ini inilah banyak ulama’ seperti; imam Ghozali, abu hasan Assyadzali, dan ibnu Atto’llah As-sakandari. Sehingga pada masa itu banyak ulama’ yang mengarang kitab tasawuf, aklaq, tafsir, maupun mengarang kitab-kitab fiqih. Pada masa akhir itulan orang ahli dunia melirik orang ahli ilmu, karena ahli dunia ini iri kepada ahli ilmu, karena ahli ilmu ini seing di hormati dan kasih hadiah pada ummat, maka orang ahli dunia ini juga belajar ilmu supaya mendapatkan dunia, dan juga belajar agama hanya untuk mencari kekayaan dan jabatan.  Sehingga terjadilah kontaminasi antara ummat islam, pro dan kontra tidak bisa di hentikan, maka Ulama’ yang sufi ini, mengambil jalan strategi yaitu dengan mendirikan pendidikan, lembaga-lembaga , seperti pesantren, madrasah, agar generasinya mudah di arahkan, tidak ikut campur dengan dunia penerintahan.  Pada masa itu pendidikan di madinah namanya Raudloh, di maroko Ummul Uquro (Alqurowiyyun), dan Alashar mesir.

 Khidmad atau pelayanan pendidikan
Setelah terjadi pro dan kontra antar ummat, maka sebagian ulama’ banyak mendirikan pendidikan yang sifatnya membangun peradaban anak muda, dengan adanya pelayanan membuat madrasah pesantren bermunculan di Indonesia khususnya.
Ketika di negri Indonesia banyak pesantren, maka lahirlah juga madrasah-madrasah baru. Sehinngga ahli dunia pun juga ikut mendirikan madarasah, maka jangan heran sekarang ini banyak lembaga saling bermunculan di masa ini, baik perguruann tinggi, maupun lembaga yang memakai symbol pesantren, padahal mereka tidak memenui kreteria pesantren.

Kalau kita melihat kebelakang sedikit, bahwa pendidikan pesantren ini karya Ulama’, lembaga pesantren muncul sebelum indonesia merdeka, pada masa penjajahan belum ada sekali tentang pendidikan, yang ada hanya pendidikan pesantren yang di asuh oleh Ulama’.
Nah sekarang ini pesantren mulai menurun, banyak pesantren pelan-pelan sistemnya di jiplak orang luar pesantren, yang suka berbisnis untuk mendapatkan posisi, atau mencari keuntungan semata, meskipun di tutupi dengan istilah asrama, atau sekolah di pondokkan, padahal mereka belajar agama hanya untuk mendapatkan ijazah, untuk bisa mencari pekerjaan. malah skarang ini ada lembaga yang memakai semboyan, "lulus di madrasah Aliyah, Siap kerja dan siap kuliah"
Pertanyaan saya 
Apakah lembaga sejauh ini lembaga hanya sekedar untuk mencetak generasi buruh institusi atau buruh suwasta? .............. di renungi dw.


*********************************.
Jogjakarta / Jum'at / 8 / April / 2016
bapake rohil