“Kita semua perlu ambil nafas
panjang dan dalam, befikir ulang sampe mendasar tentang semua ini, terutama
yang sudah, sedang dan akan kita lakukan.
Kita semua, juga ahok,
apa lagi jokowi, serta yang bersamanya dan di belakangnya. Tidak semua hal bisa
kita ketahui dan kuasai”. CN
Quete
yang di atas ini aku dapatkan kiriman dari kang Harianto ke Grup Jama’ah Maiyah yogja, kebetulan
aku ikut di dalam grup itu. Ketika aku membaca tulisan itu aku ya lumayan
deg-degan dan bartanya-tanya, karena aku juga belum paham banget. Sampe simbah
mengeluarkan kalimat itu, ini menandakan Negara kita ini pemerintahannya sangat
memprihatinkan dan sangat genting sekali. Apa yang di rasakan simbah, kita juga
ikut prihatin dengan keadaan Negara pemerintahan ini.
Di
maiyah yang sudah berlalu mbah Nun juga pernah mengeluarkan wirid wabal. Sejauh
yang saya ketahui, Wirid wabal ini juga belum pernah di keluarkan Ulama’ manapun
di negri ini, emang banyak wirid-wirid lain yang di amalkan para Ulama’
terdahulu untuk membentengi diri dan juga para santri dan para pengikutnya,
ketika rakyat kecil teraniaya, di landa ketidak jujuran, kecurangan para
pemerintahan yang fajir lacut, maka Ulama’ menggunakan wirid, ada hizib nasr,
hizib bahr, ada doa Nurun-Nubuwah, doa dzul faqor dan doa Akasah, semua itu di
keluarkan ketika dalam keadaan terpaksa dan mengharuskan berdoa melalui wirid.
Mungkin
saja temen-temen ketika membaca juga sama apa yang aku rasakan, meskipun belum
tahu sesungguhnya, kamipun juga gak tahu yang sebenernya. Tetapi yang jelas ini
menjadi PR dan renungan kita bersama sebagai murid.
Beberapa
bulan lalu, pada saat seresehan diskusi NM di kediaman mas Hilmi Mustofa di Sleman, yang kebetulan untuk selametan Aqiqoh
anaknya, di tengan-tengah diskusi seresehannya,
Menurut KH Marzuqi; “Pada
masa pemerintahan jaman Suharto, perjuangan caknun untuk membela rakyat kecil
luar biasa. Dan saat itu caknun di bantu beberapa tokoh ternama yang mempunyai
caliber intletual sama yaitu ada Gusdur, dan ada Nurkholis madjid. Dan juga ada
tokoh lain yang belum aku ketahui. Nah sekarang ini cak nun Cuma sendirian
seperti tidak ada temennya”,
Banyak
tokoh politik dan pejabat, kalau ada masalah larinya ke mbah nun, seakan-akan mbah nun di bruki masalah yang
sangat komplit. Mereka yang berbuat, malah mbah-nun di minta untuk
menyelesaikan, menurutku ini suatu pelecehan besar terhadap tokoh masyarakat. Akan
tetapi mbah Nun sedikitpun tidak marah kepadanya. Ibarat “Deweke sing ngising,
malah mbah nun di suruh nyewo’i”. ini kan suatu kurang ajar tenan para pejabat
skarang.
Kembali
kalimat di atas, saya juga tidak persisnya, yang jelas kita bisa merenungi atau
menafsiri sebagai kunci untuk menemukan jawabannya, meskipun jawabannya belum
tentu benar, akan tetapi kita sebagai manusia yang di bekali akal, ilmu, dan
nafsu, paling tidak bisa menemukan jawaban maksud kalimat tersebut.
Ohya
temen-temen! Saya bukan jago ilmu sastra, bukan ahli diplomasi, dan juga bukan
ahli dalam filosof komunikasi, akan tetapi saya akan menafsiri kalimat di atas
dengan kemampuan pemahaman saya, meskipun pemahaman saya nanti ada kelemahannya
yang mudah di bantah atau di sanggah, kan itu hal yang wajar, atau ada
temen-temen yang berbeda memahami kalimat di atas. Itu juga suatu yang lumrah,
asal kita mau berdiskusi bisa menemukan berapa % jawaban-jawabanya.
Emang
sih Caknun tidak menyuruh untuk menafsiri kalimat-kalimat di atas, akan tetapi
kita sebagai anak maiyah bisa saling sheering, tukar pemahaman satu dengan yang
lain, supaya otak kita ter-asah mengkaji ulang kata-kata yang tersimpan di
dalamnya, atau kata mengandung sesuatu yang tidak mudah di pahami banyak orang.
Kita
semua perlu ambil nafas panjang dan dalam. Artinya; kita sebagai orang awam
harus berfikir merenung dan waspada dengan semua keadaan dalam menghadapi
masalah pribadi atau malah masyarakat mau bangsa kita ini, Ambil nafas panjang
artinya, harus bersabar dulu, sambil berdoa, mencari solusinya, jangan gegabah
dan cerobah dalam menyikapi sesuatu masalah bangsa. Dan Dalam artinya:
kata Dan ini sebagai kalimat penghubung kalimat sebelumya, kalau dalam ilmu
Nahwu kalimat “Dan” ini di sebut huruf Atof yang fungsinya membersamai. Jadi
jika di sambung kalimat Nafas panjang dan Dalam, maka menjadi se-iring bersama,
kita tahu kan kalau ada masalah datang pada diri kita, kadang menghela nafas, agar
emosi kita tidak naik, itulah fungsinya menghela nafas, apalagi kalimat itu
menggunakan sastra majaz, berarti kalimat itu menyimpan berfikir panjang, sabar, sambil mencari solusi, jangan
menyikapi dengan emosi, dan juga di iringi dengan doa, iktiyar dan berusaha.
Berfikir
ulang sampe mendasar tentang semua ini, artinya menengok kembali tentang
asal akar permasalahannya. Kenapa ini bisa terjadi dan apa penyebabnya, yang
efek akibatnya menimpa pada rakyat kita semua.
Terutama
yang sudah, sedang dan akan kita lakukan. Artinya masalah yang sudah
terjadi, yang terjadi saat ini, dan masalah nanti yang akan di hadapi. Kalau
dalam ilmu shorof di sebut Madli (waktu yang sudah lewat) dan mudlore’ (waktu yang akan sedang kita
lakukan) dan akan amar yang akan kita lakukan selanjutnya.
Di
maiyah beberapa bulan lalu caknun juga pernah menyampaikan dengan metode nabi
khidlir, kita harus berfikir, melihat sesungguhnya.
1)-
Ketika nabi khidlir melobangi perahu, yang waktu itu banyak perampok bajak
laut, atau di sebut masa sekarang,
2)-
Ketika nabi khidir membunuh anak kecil yang di khawatirkan setelah dewasa
durhaka kepada ibu bapknya, di sebut Masa akan datang
3)-
Ketika nabi khidir mendirikan rumah yang di dalam tanahnya tersimpan harta anak
yatim. Yang di sebut Masa yang silam.
Kita
semua. Artinya ; kita sebagai warga sipil, baik
rakyat kecil di pedesaan, maupun di perkampungan, harus sabar menerima
kenyataan ini, caknun juga pernah mengatakan; “ya allah! aku tidak bisa
menyelasikan masalah-masalah yang terjadi negara ini”.
Juga
ahok, apa lagi jokowi, serta yang bersamanya dan di belakangnya. Tidak semua hal
bisa kita ketahui dan kuasai” artinya ; Ahok dan jokowi yang sekarang ini
menjadi bahan perbincangan para politik, dan seluruh rakyat Indonesia. Sekaligus
menjadi pemegang pemerintahan, baik temen-temen ahok, pendukung partainya
jokowi dan orang yang membantu di belakang jokowi, baik pengusaha, pengembang
bisnis, tidak semua, yang engkau perbuat bisa selamanya engkau remot kapan
saja, dan tidak semua yang engkau lakukan bisa kamu kuasai dalam perintahanmu.
Dan
perlu di ingat dan perlu di garis bawahi, bagi para pejabat pemegang kendali pemerintah
yang dholim.
“Jangan
main-main dengan negri Indonesia ini, khususnya tanah jawa, negri ini banyak
para wali dan makam para wali, setiap jengkal, dari pinggiran pesisir pantai, di
gunung, mulai dari kutup utara, selatan,
barat, timur indonesia, ada Wali kutub dan wali abdal. Dan setiap desa ada
hamba yang di cintai allah yang doanya lebih tajam dari pedang, dan sekali wali
ini berdo’a cepatnya melebihi pesawat jet.
Doa
anak orang miskin yang engkau aniaya dan engkau gusur rumahnya, bisa
mendamparkan menjadi pengemis jalanan.
Tangisan
anak yatim yang engkau sakiti, engkau gusur dari tanah kelahirannya, bisa
mencekik lehermu. Jika anak yatim berdoa, seluruh makhluk di muka bumi ini,
baik di langit, lautan dan daratan, semua akan tunduk di hadapan anak yatim,
yang siap menyeretmu ke lobang gantungan.
Rakyat
kecil ibarat semut, jika engkau mengganggunya, bisa menngigitmu setiap waktu. Mereka
ada sebelum engkau menjadi gubernur, mereka lahir sebelum engkau menjadi
presiden, jadi jangan permainkan hidup orang kecil.
----------------------
Wassalam.
Jogjakarta
/ Senin / 09 / Mei / 2016
Lek
son Wong ndeso
--------------
Nb;
ohya temen-temen, kalimat di atas aku tefasiri dengan pmehamanku, bukan dari
siapa-siapa, klo ada yang masih salah atau ada kelemahan dan kekurangan, itu
hal yang wajar, harap maklum, karena aku juga masih dalam tahap belajar.
0 Response to "JANGAN MAIN-MAIN DENGAN NEGRI INI"
Post a Comment