t,
kerdil dan lemah. Kedewasaan orang bukan semata-mata bergantung pada usia
individu. Ada yang sudah berusia lanjut, tetapi watak dan pemikirannya masih
berbahu kencur. Ada yang masih muda, tetapi cara berfikir seperti orang yang
sudah benar-benar dewasa.
Kedewasaan
orang banyak dipengaruhi oleh pengalaman hidup seribu penderitaan dan seribu
kesabaran. Ada orang sejak di peringkat awal hidupnya ditimpa kesusahan dan
kehausan kasih sayang. Dari situ ia belajar arti kehidupan bertanding dengan
orang yang sejak awal hidupnya penuh dengan kesenangan. Terkadang penderitaan dan
kesabaran hidup itu akan menjadikan seseorang itu lebih tabah menghadapi usia
mendatang, mampu berdikari ataupun menjadi seorang yang lemah apabila
berhadapan dengan hidup yang lebih mencabar.
Dewasa
ini, kita bisa melihat sendiri dalam masyarakat. Banyak Orang yang berdiri
teguh adalah orang yang dulunya lemah. Dia bangkit hasil dari cita-cita yang
suci, kemauan yang kuat, kesadaran yang mendalam, ketulusan dalam berakhlaq,
dan juga mujahadah do'a dengan penuh kesadaran. Ini menunjukkan bahwa dia tidak
harus mengaku kalah dengan dunia yang di hadapinya. Seseorang berdiri sendiri
dengan berdo'a dan berusaha tidak pasrah dengan nasib. Tepat seperti kata-kata,
“beras secupak tidak akan menjadi segantang'. Islam mengajar manusia agar
berusaha dan berikhtiar, bukan hanya duduk goyang kaki. Mengenai hasil yang
bakal diperolehi, kita serahkan saja pada Allah. Yang jelas tugas sebagi hamba
adalh berusaha dan bercita-cita meubah diri, merubah karakter kepribadian. Orang
yang dewasa dalam tindakan dan fikiran akan dihormati dan pendapatnya akan
diambil kira. Sebab itu, dalam kepimpinan, usia bukanlah ukuran atau Syarat
tertentu untuk menjadinya seorang pemimpin.
Sejarah dunia telah memperlihatkan dengan gamblang kepada kita. Bahwa Usamah yang berusia 18 tahun dilantik mengetuai angkatan tentera Islam. Ini berbeda dengan keadaan dalam mayarakat kita hari ini yang lebih mengambil berat soal umur. Biasanya yang tua dilantik sebagai ketua. Terkadang lantikan yang dibuat bukan berdasarkan kewibawaan individu, tetapi karena hendak mengambil hati.
Sejarah dunia telah memperlihatkan dengan gamblang kepada kita. Bahwa Usamah yang berusia 18 tahun dilantik mengetuai angkatan tentera Islam. Ini berbeda dengan keadaan dalam mayarakat kita hari ini yang lebih mengambil berat soal umur. Biasanya yang tua dilantik sebagai ketua. Terkadang lantikan yang dibuat bukan berdasarkan kewibawaan individu, tetapi karena hendak mengambil hati.
Sudah
lumrah bahwa orang yang lebih tua biasanya omongannya ingin di perhatikan dan
ingin didengarkan di akui kepintarannya, karena kononnya dia lebih dahulu
banyak makan garam. Mereka akan merasa tersinggung kalau omongan mereka tidak
di perhatikan. Sepatutnya pendapat orang-orang di bawah perlu juga diambil
perhatian. Mungkin mereka mempunyai pandangan yang lebih luas.
Terkadang
perasaan gengsi yang sudah bersarang
dalam hati, memang payah untuk tunduk pada orang bawah. Berbagai-bagai alasan
dikemukakan untuk membela diri. Apa salahnya merendah diri? Bukannya rugi,
malah sikap sedemikian akan membuat orang lain senang dengan kita. Jika orang
tua mau merendah diri di hadapan orang di bawahnya, maka anak di bawahnya ini akan semakin tahu diri, bahkan semakin salut
dan semakin menghormatinya.
Orang
yang berfikiran dewasa, akalnya sangat cerdik. Bahkan mengetahui peta kehidupan
suasana masyarakat. Dia tidak mudah bertindak melulu. Dia akan memikirkan seribu
kali sebelum bertindak, dan semuanya akan berfikir, apakh tindakannya membawa
keuntungan atau tidak. Tapi bagi orang yang gegabah atau grusa-grusu, dia akan berbuat
apa yang sesuai dengan nafsunya; biarlah orang lain susah asal diri sendiri
senang. Kedewasaan yang dipandu oleh pemahaman, dan kearifan ILMU agama, akan
membuatkan hidup lebih bermakna dan lebih berkat.
Berfikir
bijak itu meliputi seluruh aspek kehidupan. Jika kedewasaan itu ada pada
seorang pemimpin dan bergabung pula dengan fikiran ke’arifan ilmu agama,
ketokohan orang itu akan tersebarlah. Orang di bawahnya akan dengan senang hati
menerima kepimpinannya. Tidak akan timbul soal siapa yang mau menggulingkan
siapa. Tetapi kalau kedewasaan itu bergabung hanya dengan logika akal. mungkin
tak semua orang dapat menerima kepimpinannya. Pendapatnya mungkin diterima tetapi
bukan oleh semua orang. Atau bahasa lain, baik menurut dirinya sendiri, tetapi
belum tentu baik bagi orang lain.
Bagaimana
untuk menjadi manusia bijak? Belajarlah dari alam dan belajarlah dari
pengalaman. Untuk lebih bermakna, asahlah fikiran dengan kehalusan budi,
kwalitas sosial, dan ilmu lainnya. Apabila kita sudah matang, maka kita akan lebih tabah berhadapan
dengan ber-aneka ragam bentuk kehidupan. Tetapi kalau fikiran kita masih berbau
ambisi dan ingin di akui oleh orang di sekelilinyanya, maka nafsu akan senantiasa
membabi-buta, sehingga penyesalanlah yang di dapatkan, alasannya Cuma sepele,
yaitu gengsi dan merasa dirinya paling tua. Oleh karena itu, mari kita belajarlah
menjadi manusia sebelum di angkat menjadi manusia. Karena manusia ini di modali
akal yang luar biasa.
-----------------------
(Wassalam) -------------------
Humas PP Sirojul-Mukhlasin
Payaman
Magelang - 2006
Lek
Son wong ndesooo
************************** *
0 Response to "KEDEWASAAN DALAM BERFIKIR BIJAK"
Post a Comment