Berangkat dari keprihatinan yang sangat mendalam, Muktamar
NAHDLOTUL-ULMA’, menjadi sorotan media social seluruh dunia, baik
kalangan atas maupun kalangan santri khususnya.
Menurut
pandangan saya pribadi, NU sangat dekat dengan masyarakat nahdliyin,
karna itulah pejabat pemerintah dan lainnya melirik untuk mendekati para Ulama' kyai dan tokoh masyarakat, agar bisa di jadikan umpan pasar
kampanye pencalonan presiden.
Sebenernya pemerintah itu takut para
kyai dan Ulama'. khawatir klo NU bersatu kembali, maka dengan
pelan-pelan mereka menyusup di tubuh NU untuk membuat keributan di
dalamnya, dan ini bukan rahasia lagi. untuk membuat kegaduhan atau keributan ini kadang di tubuh NU, bisa merayu,, menawari jabatan, manawari sumbangan uang, atau bisa dengan menjebak dengan sangat rahasia.
Setiap organisasi baik LSM, atau gerakan sesuatu yang
berhubungan politik maupun pemerintahan pasti dan pasti akan berujung
kegaduhan dan kubu-kubunan antar satu dengan yang lain. Karena kalau sudah masuk ranah politik, maka sifat serakah, dan rakus jabatan, kadang sesama muslim aja bisa bermusuhan, saling menyerang satu dengan yang lain. bahkan lebih dari itu, karena ingin menguasai perlemen atu ingin duduk di kursi pemerintahan, maka mereka berani menggadaikan organisasi, hanya untuk kepentingan pribadi, untuk meraih kekayaan, dan jabatan.
Muktamar
NU sudah berlalu, akan tetapi senyap-senyap pembicaraan di masyarakat,
khususnya bagi nahdliyin mulai agak sedikit curiga, ada apa dengan sosok
dengan pejabat yang berusaha mendatangi muktamar tersebut?
Kalau
kita kembali menengok kebelakang tentang para pendahulu kita Syekh KH
Hasyim As'ari, dan para sederetan ulama' yang hidup di masanya, tujuan
NU bukan untuk mencari popularitas atau mencari jabatan pemerintah, akan
tetapi tujuan NU di bentuk untuk mengawasi sistem pemerintahan yang
salah,dan untuk menegur pejabat yang nakal.
Seiring dengan
berjalannya waktu akhirnya semua berubah, tinggal beberapa Ulama' atau
kyai yang masih suci hatinya, masih memegang teguh prinsipnya, yaitu
Gus-mus dan ulama' lainnya, itupun gusmus mengundurkan diri dari Rois
Aam.
Ada bebrapa point penting yang harus kita pelajari dan kita kaji kembali tentang muktamar NU kemaren di Jombang.
1- Dengan hadirnya JKW di muktamar NU di jombang, maka akan tampaklah
semuanya, mana kyai yang deket pemerintah, dan mana kyai yang tidak.
Dalam Maqolah nya Imam Gozali Ulama' itu ada dua, yaitu Ulama'-Suu' dan Ulama' akhirat.
Ulama' su' itu ulama' yang nakal yang suka deket-deket sama sultan atau pemerintahan.
Sedangkan ulama' akhirat adalah ulama' yang menjauh dari pemerintahan.
dan selalu memegang teguh pendirian untuk mengajak takut pada allah.
2-Menurut informasi yang tak jelas, katanya, muktamar NU di Jombang
mengeluarkan biaya yang sangat banyak, jutaanlah katanya. dari manakah
uang itu, ada yang bilang dari ABPN, dari ini dari itulah, juga gak
jelas. kalau bener dr ABPN, maka uang abpn itu harus kita telusuri
kembali, dari pajak petani, dari pajak diskotik, pajak minuman keras,
pajak lokalisasi, dan pajak tempat hiburan malam, terus uang itu di
campur-aduk di kumpulkan jadi satu menjadi uang negara, terus berubah
menjadi uang abpn. terus duwite buat ndulang Partai-partai, LSM, kadang buat nyumbang pendidikan, sekolah-sekolah. baik silatnas, maupun muktamar, meskipun para kyai dan ulama' dari cabang dan ranting ketika berangkat memakai uang sendiri, tapi untuk yang posisi atasan belum tentu. hebatkan!
pertanyaan-nya
Apakah uang dari Abpn itu Syubhat? aku gak tahu, hehehehehe
Padahal sosok seorang kyai / Ulama' harus waro' menghindari perkara
yang syubhat (yang belum jelas halal dan tidaknya) . di renungi dewe
njeh? .....
Tahukah kita mengenal raja hutan. ... sebut saja Harimau
Harimau adalah
raja hutan, kalau harimau meninggalkan hutan, maka akan bukan raja
hutan, tapi menjadi tontonan di kebon binatang, tidak bisa menerkam,
terus cara makanpun juga di lempari pemilik kebon binatang.
Sedangkan kyai atau Ulama' juga demikian, Kyai / Ulama' adalah raja
desa-desa, kampung, dan masyarakat luas, mereka di hormati karena ilmu,
dan akhlaqnya.
Jika seorang kyai / ulama' meninggalkan masyarakat,
maka akan jadi tontonan alias menjadi pejabat pemerintah, tidak bisa
mendekati masyarakat. akhirnya tiap kyai tadi untuk makanya aja di
tapu'i gaji perbulan dari pemerintah. terus kepiye menurutmu konco-konco
maiyah?
di renungi dewe yo? hehehehehe
Ohya temen maiyah yang budiman!
Kita gak usah jauh-jauh mumet mikir kalimat di atas, kita buat selingan
aja. kita gak usah khawatir banget, hehehehehe....... Kan kita masih
punya guru negri yaiitu simbah kakung GUS-MUS dan
Simbah MH Ainun Najib. ada habib syaikh, ada habib lutfi, dan masih banyak habib-habib lainya, (habib di sini bukan habib riziq lho) ada KH ahmad muzammil, dan ada juga para kiyai yang masih berpegang teguh, tidak ikut dalam barisan pemerintahan, yaitu kiyai yang masih memgang kepengasuhan pesantren. mereka-mereka inilah yang masih bener
masih suci dan mengerti hati masyarakat, tidak mendekat dengan
pemerintah, juga tidak menentang pemerintah, jadi kita bisa penjadi
petualang untuk belajar menjadi orang sholih, dan bisa menimba ilmu dari
mereka, agar kita bisa menjadi orang yang bener manusia. Oke!
Kami berharap pada lapisan masyarakat baik generasi muda NU, IPNU, IPPNU, ANSOR, NAHDLIYYIN, dan KMNU , gak usah mikir-mikir ke situ, kita sebagai kader NU sebaiknya menata barisan kembali tentang generasi berikutnya. kita ini bukan robot yang selalu mengikuti aturan yang tak jelas, kita juga ingin mandiri dalam mengelola kedaulatan masyarakat luas. sehingga apa yang lakukan sebagai bikti kehambaan, yang selalu ingin menjalin persaudaraan antar sesama manusia.
*****************************
NB; Klo ada yang salah dalam penulisan dan kalimat, di maklumi njeh, mohon di benerkan ya? ...
Jogjakarta / Senin / 17 / Agustus / 2015
Lekson bocah ingusan
***********************
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "MUKTAMARUN-MUKTAMARONI-MUKTAMARUUUNA"
Post a Comment