Kalau
kita mau menengok dengan pendidikan pesantren masa dahulu, adalah hasil
peradaban karya sunan ampel (raden rahmat). Karena beliaulah yang pertama kali
mendirikan system pesantren. Karena system ini sama yang yang ajarkan Rosulullah.
Pada zaman nabi, hampir sahabat jauh (luar qobilah) yang mau belajar agama pada
nabi di pondokkan (ber-I’tikaf) dengan di serambi masjid nabawi, sahabat ini di
sebut dengan “Ashabus-Suffah”. Bahkan ribuan sahabat dari qobilah-qobilah
berduyun-duyun ingin belajar hadist dan wahyu allah pada nabi, seperti salman
alfaris, muad bin jabal, zaid bin tsabit, abu Hurairoh, termasuk Abdullah bin
abas, Abdullah bin masud, dan Abdullah bin Umar. Mereka ini Ulama’-Ulama’ muda
di zaman rasulullah. Sahabat muda ini tidak masuk daftar panglima peperangan.
Jadi
Rasulullah ini mempunyai santri yang perannya berbeda-beda
1.
Santri
Ma’a-fi-Sabilillah. Sahabat ini
sebagai bentaeng kekuatan Rohaniyah yaitu belajar agama pada nabi di serambi
madinah, dan kebanyakan sahabat yang masih kecil dan muda. Jadi ini tidak di
ikutkan dalam pertempuran atau peperangan.
2.
Santri
Ma’a-Saroya. Sahabat ini sebagai
benteng pertahanan, dan kebanyakan sahabat ini masuk dalam catatan jendral atau
panglima peperangan, seperti Abu bakar, Umar bin khotob, kholid bin walid,
Abdullah bin rowahah, Jakfar bin abu tholib, zaid bin usamah, ubaidah bin
Jarroh.
Ada
beberapa peristiwa tentang pendidikan pesantren zaman Rosulullah dan stelah
rosulullah, sehingga pelan-pelan pendidikan itu mengalami pergeseran dalam
dalam pengkaderan. Pada zaman rosulullah pendidikan dakwah sangat kuat.
1.
Dakwah
ilallah
2.
Ta’lim
Watta’lum
3.
Dzikir
Ibadah
4.
Khidmad
(pelayanan).
Masa Da’wah
Ilallah
Pada
masa nabi dan shohabat ini pengkaderan ummat dakwah sangat kuat sekali, dan
ketika nabi wafat, maka terjadilah kontaminasi yang sangat besar, hingga banyak
terjadi ummat yang murtad. Nah yang sebagian murtad ini kebanyakan ummat yang
ahli dunia, mereka mau berdakwah hanya menginginkan harta-benda dan kemasyhuran
dunia. Sebagian ummat ada yang masih tetap menjaga prinsip tentang dakwah yang
di ajarkan nabi, dan ada juga umat yang ingin mendapatkan suatu kepemimpinan
atau jabatan semata. Semua sudah menjadi sunnatullah bila utusan allah sudah
wafat, pasti dan pasti akan terjadi fitnah, perselisihan antar ummat.
Setelah
terjadi perselisihan antar ummat di masa da’wah, maka sebagian shahabat ini
banyak menjadi pengembara di luar daerah untuk membawa risalah menyampaikan agama
kepada seluruh ummat manusia, sehingga para shahabat ini istiqomah berdakwah,
maka allah melahirkan generasi muda
yaitu; Ulama’-ulama’ ahli ilmu, seperti Imam Masan basri, (Ulama’ sufi), dan
juga ulama’ sufi dan fiqih bahkan ahli dalam hadist seperti; Imam Hanafi, imam
Malik, imam Syafi’I dan Hmam Hambali
Masa
Ta’lim-Watta’lum
Masa-masa
ini banyak Ulama’ muda bermunculan, baik Ulama’ hadits, Ulama’ fiqih dan ulama’
tafsir, semuanya terangkum masa ini, sehingga para penguasa Negara menghormati
dan ta’dzim, bahkan tunduk di hadapan para Ulama’. Sampe waktu itu kholifah
harun Arrosyid penasehatnya adalah imam Malik bin anas. Dari mulai gubernur dan
tingkat bawah, system pemerintahan dan aturan perundang-undangan pemerintah di
awasi betul oleh Ulama’, sampe masalah ekonomi saja, pada waktu, kalau ada
rakyat kecil mau berdagang, harus belajar dulu atau mengaji tentang fiqih
muamalah kepada imam malik. Bahkan rakyatnya-pun merasa senang di ajari tentang
cara bagaimana mengatur kesejahteraan ekonomi rakyat, dan para pengausa merasa
senang dan terbantu dengan rakyat belajar ekonomi pada ulama’. Ini b ukti nyata
waktu itu, bahkan waktu itu ada penguasa pemerintah mau mengasih hadiah para
ulama’ sebagai bukti telah banyak berjasa pada masyarakat, tentang
kesejah-teraan masyarakat, maka Ulama’ ini menolak dengan ramah dan berkata;
“Wahai sang penguasa, lebih baik hadiah itu engkau berikan pada rakyat kecil
yang membutuhkan yang sekira harus diberikan hadiah itu”. Betapa terkejut
penguasa itu, akhirnya malu atas dirinya sendiri, esok harinya penguasa itu mengutus
anaknya untuk mendaftarkan diri sebagi murid, dan belajar mengaji tentang agama
pada ulama’ itu. Subhanallah.
Tahun
demi tahun mulai bergeser, banyak ummat ingin belajar agama hanya ingin
mendapatkan harta atau jabatan, maka terjadilah perselisihan antar ummat, maka
sebagian ingin ulama’ ingin menjadi penguasa, dan sebagian lagi masih memegang
prinsip awal sebagai ulama’ harus bisa menjaga atas dirinya, bahwa ilmu dari
allah tidak boleh untuk mencari hari atau jabatan, maka ulama’ ini sering berhijrah
ke negri lain untuk mendakwahkan ilmunya, dan mengembara, agar ilmunya tetap
suci, sehingga memilih jalan untuk menjadi sufi, dengan manhaj thoriqoh, dan
mendidik para murid atau santrinya menjadi manusia berilmu dan sekaligus ingat
kepada allah. Pada masa ini sebagian ulama’ lebih memilih dengan berdzikir,
berdoa, menyusun spiritual melalui jalan toriqoh, atau di sebut dzikir ibadah.
Masa dzikir
ibadah atau Ilmu M’adzikir
Masa-masa
inlah banyak bermunculah ulama’ ahli Sufi (Tasawuf), Ulama’ Thoroqoh atau
ulama’ ahli Hikmah, pada masa ini inilah banyak ulama’ seperti; imam Ghozali,
abu hasan Assyadzali, dan ibnu Atto’llah As-sakandari. Sehingga pada masa itu
banyak ulama’ yang mengarang kitab tasawuf, aklaq, tafsir, maupun mengarang
kitab-kitab fiqih. Pada masa akhir itulan orang ahli dunia melirik orang ahli
ilmu, karena ahli dunia ini iri kepada ahli ilmu, karena ahli ilmu ini seing di
hormati dan kasih hadiah pada ummat, maka orang ahli dunia ini juga belajar
ilmu supaya mendapatkan dunia, dan juga belajar agama hanya untuk mencari
kekayaan dan jabatan. Sehingga terjadilah
kontaminasi antara ummat islam, pro dan kontra tidak bisa di hentikan, maka Ulama’
yang sufi ini, mengambil jalan strategi yaitu dengan mendirikan pendidikan, lembaga-lembaga
, seperti pesantren, madrasah, agar generasinya mudah di arahkan, tidak ikut
campur dengan dunia penerintahan. Pada masa
itu pendidikan di madinah namanya Raudloh, di maroko Ummul Uquro
(Alqurowiyyun), dan Alashar mesir.
Khidmad atau
pelayanan pendidikan
Setelah
terjadi pro dan kontra antar ummat, maka sebagian ulama’ banyak mendirikan
pendidikan yang sifatnya membangun peradaban anak muda, dengan adanya pelayanan
membuat madrasah pesantren bermunculan di Indonesia khususnya.
Ketika
di negri Indonesia banyak pesantren, maka lahirlah juga madrasah-madrasah baru.
Sehinngga ahli dunia pun juga ikut mendirikan madarasah, maka jangan heran
sekarang ini banyak lembaga saling bermunculan di masa ini, baik perguruann
tinggi, maupun lembaga yang memakai symbol pesantren, padahal
mereka tidak memenui kreteria pesantren.
*********************************.
Kalau
kita melihat kebelakang sedikit, bahwa pendidikan pesantren ini karya Ulama’,
lembaga pesantren muncul sebelum indonesia merdeka, pada masa penjajahan belum
ada sekali tentang pendidikan, yang ada hanya pendidikan pesantren yang di asuh
oleh Ulama’.
Nah
sekarang ini pesantren mulai menurun, banyak pesantren pelan-pelan sistemnya di
jiplak orang luar pesantren, yang suka berbisnis untuk mendapatkan posisi, atau
mencari keuntungan semata, meskipun di tutupi dengan istilah asrama, atau
sekolah di pondokkan, padahal mereka belajar agama hanya untuk mendapatkan
ijazah, untuk bisa mencari pekerjaan. malah skarang ini ada lembaga yang
memakai semboyan, "lulus di madrasah Aliyah, Siap kerja dan siap
kuliah"
Pertanyaan
saya
Apakah
lembaga sejauh ini lembaga hanya sekedar untuk mencetak generasi buruh
institusi atau buruh suwasta? .............. di renungi dw.
Jogjakarta / Jum'at / 8 / April / 2016
bapake rohil
0 Response to "SEJARAH PESANTREN DAN PERADABAN PESANTREN"
Post a Comment