Bumi pertiwiku yang melahirkan manusia yang santun
Bumi pertiwiku yang menghasilkan kekayaan alam
Bumi pertiwiku yang menghiasi keindahan budaya dan sosial
Kini setelah merdeka berubah menjadi srigala buas, sudah sekian lama merdeka, yang sebelumnya di belenggu rantai penjajah,
Kini setelah merdeka, harus meronta, menangis di setiap nafas berhembus.
Kaum para pejabat kini berpesta-poranda menikmati uang negara, sebagai tanda keberhasilan bisnisnya,
Kini setelah merdeka para generasinya berbalik arah, menanam buah pait di ladangnya
Kini setelah merdeka, etika dan budaya tak berlaku di hadapan para penguasa. mereka hanya mementingkan partainya, dan golongannya.
Di sisi lain rakyat jelata
menangis kelaparan, di depan pintu istana merdeka,
Di lain waktu rakyat menengah saling menerkam satu sama lain.
Di hari yang sama pejabat pemerintah selalu sibuk untuk menggalang kekuatan untuk mengancam dan membunuh yang menentangnya, mereka tertawa, duduk sante di meja kekuasaannya, demi kepentingan proyeknya,
Di hari esok para calon pejabat sibuk membuat agenda 5 tahunan untuk mendatangi rakyat, merayu dengan iming permen, supaya di pilih dewan perwakilannya.
Di lain waktu rakyat menengah saling menerkam satu sama lain.
Di hari yang sama pejabat pemerintah selalu sibuk untuk menggalang kekuatan untuk mengancam dan membunuh yang menentangnya, mereka tertawa, duduk sante di meja kekuasaannya, demi kepentingan proyeknya,
Di hari esok para calon pejabat sibuk membuat agenda 5 tahunan untuk mendatangi rakyat, merayu dengan iming permen, supaya di pilih dewan perwakilannya.
Rakyat
kecil selalu di jadikan umpan alasan untuk pembelaan
Rakyat
jelata selalu di jadikan korban kebencian
Petani desa
selalu di jadikan ladang untuk menghasilkan uang bagi pejabat
Lembaga
pesantren selalu menjadi sasaran empuk sebagai tuduhan kekejaman
Kaum santri
di tuduh teroris
Kaum Ulama
dan Kiyai’ di tuduh menentang pemerintah
Kaum
budayawan selalu di singkirkan
Kaum ilmuan
selalu di bungkam
Mengapa ini
bisa terjadi? ……
Ketika kami tidur, kami di
nyanyikan informasi menggiurkan
Ketika kami mimpi, kami di bayangi kecemasan dan kekhawatiran
Ketika kami bangun, kami suguhi sarapan janji kepalsuan
Ketika kami belajar, kami di ajari cara menipu orang
Ketika kami pulang, kami di bekali ke ambisian
Ketika kami bercita-cita, kami di serimpung ketidak jujuran
Ketika kami mimpi, kami di bayangi kecemasan dan kekhawatiran
Ketika kami bangun, kami suguhi sarapan janji kepalsuan
Ketika kami belajar, kami di ajari cara menipu orang
Ketika kami pulang, kami di bekali ke ambisian
Ketika kami bercita-cita, kami di serimpung ketidak jujuran
Ketika kami
merintis, kami di perlakukan seperti pengemis
Ketika kami
membangun, kami di curigai dan di rampas
Ketika kami melangkah, kami
di pasangi ranjau karakusan
Ketika merangkak, kami di pegangi minuman oplosan
Ketika kami manabung, kami di rampok manusia siluman
Ketika kami menangis, kami di hibur dengan kebohongan
Ketika kami lapar, kami di suapi angan-angan racun yang mematikan.
Ketika kami damai, kami di hujani manusia tawauran
Ketika merangkak, kami di pegangi minuman oplosan
Ketika kami manabung, kami di rampok manusia siluman
Ketika kami menangis, kami di hibur dengan kebohongan
Ketika kami lapar, kami di suapi angan-angan racun yang mematikan.
Ketika kami damai, kami di hujani manusia tawauran
Ketika kami
Gotong-Royong, kami di ancam dengan pasal-pasal hukum yang menakutkan
Mengapa ini bisa terjadi?
MENGAPA ? dan kita harus bagaimana?
Apakah karena tokoh penyelenggara negara republik indonesia selama ini selalu sibuk berkorupsi , dan bila masuk masa pensiun bermutasi koalisi kelindanisasi membangun benteng atau basis kekuasaan utk melanggengkan mesin uangnya setidaknya mengamankan perbuatan masa lampauinya ?
Apakah karena jumlah penduduk republik ini tidak sebanding dengan fasilitas pendidikan modern ( matematika dan science ) dan tidak adanya blue print --> cetak biru pembangunan negara skala nasional dlm 50 tahun , juga birokratnya ( dilengkapi tripolitica ) sangat korup , karakter korup, hobi korup, arisan korup, jama'ah korup, harus berani korup, pejabat korup, pemerintahan korup , bagi-bagi uang korup .... ... ............. ?
semuanya menjadi tragis dan mengerikan.
Mengapa bumi pertiwiku melahirkan generasi manusia serakah?.
Apakah ini yang di harapkan Generasi generasi hasil pelestarian mentalitas bangsa korupsi
Generasi bangsa Korupsi
Generasi bangsa Demonstrasi
Generasi bangsa Pengangguran
Generasi bangsa Tawuran
Generasi Pandai merampok uang negara
Generasi Rebutan jabatan dan kekuasaan
Generasi Antrian permen seharga 400ribu
Generasi Ambisi pemimpin dan serakah
Generasi Pemerintah main gusur
Generasi Pengedar arkoba.
Generasi Hobi menyuap
Generasi Pandai Menipu rakyat
Generasi Kaum pejabat pandai mencurangi hak rakyat
Generasi Pakar hukum pandai memainkan rakyat
Generasi Politikus pandai pencitraan
Generasi Kaum bisnis pandai memeras ekonomi rakyat kecil
Generasi Kaum cendekiawan pande berdebat
Generasi Ulama' dan ustadz pandai mengemis
Generasi Kaum aparat menjadi penjilat
Generasi Kaum institusi pandai mengelabuhi petani
Kemarin, kita meneteskan darah air mata ...
Hari ini, kita Meronta, lepas baju sambil mengelus dada
Dan hari esok, entah bagaimana nasib bangsa kita
Semestinya kita harus menangis dikeharibaan / dipangkuan IBU PERTIWI.
sekarang pikirkan saudaraku setanah air
Apa maumu?
Apa tujuanmu?
Apa cita-citamu?
Apa hobimu? dan kemanakah arahmu?
Apa yang engkau sumbangkan terhadap bumi pertiwi ini ?
Apa Bekalmu untuk menghadapi hidup dimasa depanmu?
Apa warisan yang telah engkau tinggalkan untuk generasi setelahmu nanti?
Apa langkah kita untuk memulai?
Di Renungi dw
##################
JOGJAKARTA sabtu /06 /12 /2014
(kang-Muhson arrosyid, wong nDesooo).
******************************
0 Response to "BUMI PERTIWIKU MENANGIS"
Post a Comment