Ketika bumi
persawahanku di tanami gedung-gedung mewah
Saat itulah
peradaban negriku mulai luntur dan punah
Sifat
sadar telah berpisah dari rongga
Air
mata mulai bercucuran di bumi persawahan
Peradaban
anak negri di rampas segalanya
Gairah
untuk senyum mulai luntur
Kekayaan
melimpah di bayangi keresahan
Kicauan
burung-burung menghilang seketika
Bunyi
seruling anak Gembala tlah sirna
Pujangga
desa tak lagi bersuara
Nyanyian
jangkrik tinggal kenangan semata
Lantunan
layang-layang masihkah berharga
"Cempe-cempe
undangno barat gedhe
Tak
upahi dudoh tape
Nak
tambah jipuk dewe
Yen
kurang golek dhewe.
-------------------------
-------------------------
Mungkin temen-temen sudah pernah mendengar nyanyian 4 bait
yang terakhir itu, aku nggak tahu zaman apa sekarang ini, di mana masa sudah
tak lagi menjunjung tingggi norma dan etika hidup, sehinnga apa yang di lakukan
setiap hari merasa paling benar, dan paling baik.
Tahukah kita mengenal kalimat Per-ADAB-an, yang kalimat
awalnya dari bahasa arab ADAB, klo dalam Kitab "Taklimul-Muta'allim" di sebut
(Toto-kromo), bahasa lain adalah sopan-santun terhadap sesama, itulah yang
maksudkan.
Sebenernya membangun peradaban sebenernya membangun
Kesopanan, ramah tamah, unggah-ungguh ke'arifan lokal, di mana setiap masyarakat
zaman dahulu telah bertahun-tahun menjalankan rasa gotong-royong bersama, kalo
bahasa lain "Brantasan Warga", tapi sekarang ini sudah berbeda dan sangat jauh
dari rasa sifat sosial yang ada.
Semenjak desa-desa di masuki Mall- pasar modern,
sawah-sawah di tanami pabrik dan gedung mewah, di situlah gerbang pintu
hilangnya ke'arifan lokal, di situlah awal hilangnya peradaban negri, dan setiap
rasa gotong royong warga mulai pelan-pelan terkikis, malah sekarang ini yang
datang para kontraktor, dan mesin-mesin berdengung mengelilingi desa, tukang
batu, pekerja dari luar berduyun-duyun mendatangi mesin-mesin industri,
Anak-anak negri bengong melihat semua itu, matanya
menerawang jauh tak bisa berucap, wajahnya tertunduk sambil membawa gendongan
padi,
sehingga rasa saling nyempuyung sesama warga desa dah tak
ada lagi.
Apa yang di rasakan masyarakat sekarang ini bagi orang tua,
sungguh kian mengakhawatirkan untuk generasi berikutnya,
Entah seperti apa nanti di masa yang akan datang, para guru,
para Ulama' mulai deg-degan dan mengelus dada melihat potret wajah anak zaman
sekarang yang enggan melakukan tradisi yang dulu di awali para tokoh
masyarakat, dan para tokoh Ulama'. Sementara kita masih bengong, kluyuran dan
asyik melihat di depan TV sambil minum kopi, seperti tak ada masalah sama
sekali.
*************************
NB; di Renungi dw dan comen sendiri ya!.
Klo ada yang salah
di maklimi njeh.
****************
Jogjakarta / Sabtu / 02 / Mei / 2015
(Lek Son Wong ndeso)
0 Response to "HILANGNYA PERADABAN NEGRIKU"
Post a Comment